Rakor Ditpontren, Ini Arahan Menag Kepada Peserta

By Admin

nusakini.com--Rapat Koodinasi (Rakor) yang digelar oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Ditpdpontren) kali ini terlihat berbeda. Rakor yang dibuka langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjadi momentum penting peserta rakor mendengarkan arahan dari Menag terkait pelaksaan program-program, persoalan-persoalan di daerah yang dihadapi, dan bagaimana menghasilkan solusinya ke depan. 

Rakor yang mengusung tema “Evaluasi progress Report dan Percepatan dan Program Ditpdpontren” diikuti oleh para Kabid dan Kasubdit PD Pontren se-Indonesia dan berlangsung dari tanggal 16-19 Juli 2016 di Palu, Sulawesi Tengah. 

“Saya ingin mendengar persoalan apa yang saudara hadapi. Misanya, sinkronisasi terkait dengan kesesuaian anggaran dengan program. Tentu banyak yang lain yang tidak bisa diselesaikan tingkat Kasubdid dan Pontren. Kita mencari jalan bersama terkait kendala yang dihadapi. Mudah-mudahan bisa dicari solusinya,” ujar Menag. 

Menag dalam arahannya menyampaikan agar Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Ditpdpontren) memiliki program unggulan yang direncanakan dengan matang. Menag mencontohkan dibentuknya Ma’had Ali. 

“Ini kebutuhan riil dilapangan, karena banyak alumni Pondok Pesantren ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, dan tidak terserap oleh perguruan-perguruan tinggi yang ada,” ujar Menag. 

Pada kesempatan sesi dialog, sejumlah pertanyaan mengemuka dilontarkan peserta kepada Menag. Dalam penjelasannya khususnya terkait anggaran, Menag mengatakan bahwa, berapapun anggaran yang diberikan, manusia itu kecenderungannya tidak cukup.  

“Tahun ini memang ada penghematan anggaran, itu tidak bisa dielakkan, sebab semua K/L mengalami itu, tidak terkecuali Kemenag. Yang menjadi pemikiran adalah, bagaimana mensiasati persoalan ini. Selama ini kita tergantung anggaran APBN, padahal tidak hanya itu, ada sumber anggaran-anggaran dana lain. Misalnya, di BUMN memiliki alokasi dana, baik untuk sosial maupun pendidikan, dan lainnya,” terang Menag.  

“Jangan pernah berfikir bahwa sumber anggaran itu hanya APBN semata, namun bagaiaman caranya sumber lain itu tertarik membantu kita,” imbuh Menag. 

Untuk itu, terang Menag, di sinilah pentingnya, kreativitas dan inovasi, bagaimana kita mengemas informasi, sehingga sumber lain itu bisa mengeluarkan dananya. Harus ada inovasi, bagaimana kita bisa memotret kondisi pesantren, agar bisa mendapatkan dana itu.  

“Kita harus bisa menjelaskannya dan dikemas dengan baik”. Untuk itu, dibutuhkan figur yang memliki kemampuan untuk menjelaskan bahwa Pontren itu penting,” ucap Menag. 

Menurut Menag, memimpin itu tidak hanya hierarkis, tapi bisa kepada teman sejawat, bahkan bisa juga memimpin kepada pimimpinan kita. Sebab, bagi Menag, memimpin itu adalah dalam hal meyakinkan orang lain agar memenuhi kemauan kita. 

Menag mengilustrasikan, setiap persoalan yang ada di daerah, yang tahu hanyalah orang daerah. Misalnya, beasiswa santri yang sudah kuliah, selesai kuliah (penerima beasiswa) tersebut lalu menghilang, seharusnya ia harus mengabdi ke pondoknya, agar ada ikatan. 

“Itu Anda (daerah) yang tahu persis. Anda bisa memimpin saya, bahwa peraturan terkait hal ini atau itu perlu revisi. Caranya memberikan masukan, informasi, dan lain-lain”, kata Menag. 

Tampak hadir dalam acara tersebut Kakanwil Sulteng Abdullah Latopada, Kabiro Kepegawaian Ahmadi, staf khusus Menag Hadi Rahman dan Ali Zawawi, dan Sesmen Khairul Huda Basyir. (p/ab)